Purnamanews.com ,Ntt – Para wartawan yang tergabung dalam Wartawan Sehati Sesuara (WSS) mendapat sosialisasi terkait bahaya narkoba yang menjadi musuh bersama di Indonesia.
Sosialisasi yang dilakukan tim BNN Kota Kupang didukung Susu Benecol dan Klinik King Care ini dimaksudkan agar para wartawan memiliki pengetahuan
yang cukup soal bahaya narkoba dan bisa melakukan sosialisasi pencegahan pada masyarakat melalui pemberitaan di media masing-masing.
Kepala BNN Kota Kupang, Muhammad T.Sidik,SH, M.Si dalam sosialisasi di Pantai Lasiana Kupang, Minggu (16/9/2018) menegaskan,
pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada semua elemen termasuk ke kalangan media. Hal ini penting karena seiring dengan perkembangan
arus informasi yang kian terbuka, persoalan narkoba menjadi bahaya yang patut diwaspadai. Semua pihak sedini mungkin
harus memproteksi diri sendiri, keluarga dan generasi muda bangsa terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.
Dia melanjutkan, walau di Kota Kupang angka penyebaran, pengguna dan korban penyalahgunaan narkoba belum terlalu tinggi namun sikap waspada perlu dilakukan.
Secara data, belum ada indikator atau alat ukur yang valid terhadap seseorang apakah sosialisasi dan sebagainya sebagai upaya yang dilakuka oleh BNN sudah efektif menurunkan
tingkat penggunaan dan penyebaran narkoba di Sebuah wilayah terutama kota Kupang. Namun, menurutnya, dengan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan Penyalahagunaan dan Peredaran Gelap Narkoba)
kepada semua kalangan yang dilakukan secara terus menerus akan memberi wawasan bagi warga untuk menjauhi narkoba.
Penyebarluasan informasi dilakukan seluas mungkin terutama melalui kalangan media untuk menyampaikan bahwa narkoba itu sangat berbahaya.
“Dari hasil penelitian yang dilakukan Puslitkes UI dan BNN Nasional bahwa ada penurunan angka penyalahgunaan narkoba secara nasional di Indonesia, NTT dan khususnya di Kota Kupang.
Sedangkan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba dan pengedaran narkoba yang sudah ditangani secara terpadu oleh beberapa institusi yaitu
BNN Kota Kupang, Polresta Kupang, BNN NTT dan Dir Narkoba Polda NTT untuk pemberantasan narkoba bahwa pada 2017 lalu ada lebih dari 5 kasus dan tahun 2018 ada 4 kasus yang berhasil ditangkap,” beber Sidik.
Sidik mengakui ada perubahan modus operandi penyebaran narkoba di NTT yaitu dari RDTL masuk ke Indonesia. Alasan utamanya karena instrumen dan aparat disana belum bagus pemahaman
terkait bahaya narkoba. Di NTT sendiri, pengamanan kurang ketat sehingga menjadi sasaran dan wilayah penyebaran narkoba. Pola penanganan deteksi narkoba masih belum maksimal.
“Selama ini hanya lewat X-Ray padahal harus ada juga anjing pelacak. Kami sedang usahakan untuk memiliki anjing pelacak bagi BNN Kota Kupang. Tapi kendalanya
anjing pelacak tersebut adalah keturunan peranakan anjing dari luar negeri sehingga kendala lingkungan, makanan dan geografis bisa bahaya anjing itu. Artinya butuh perawatan yang sangat tinggi,” ujarnya.
Ditambahkannya, tingkat kerawanan di Kota Kupang sejauh ini belum tinggi. Deteksi di tempat-tempat hiburan juga selama ini lebih banyak minuman beralkohol. (Tim).
Komentar