Rute Laut Merah Masih Kacau: Kapan Harus Switch ke Air Freight untuk Pengiriman Luar Negeri?

- Jurnalis

Kamis, 23 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Belakangan rute Red Sea/Suez masih naik turun. Kapal banyak yang muter jauh, jadwal molor, dan biaya bisa berubah cepat. Kalau bisnis kamu bergantung pada pengiriman luar negeri, wajar kok kalau jadi was-was. Pertanyaannya: kapan perlu switch ke air freight, dan kapan tetap aman di ocean?

Kapan Perlu Pindah ke Air Freight

– Deadline non-nego

Launch produk, pameran, atau kontrak dengan penalti. Kalau telat = rugi, udara biasanya paling masuk akal.

– Barang high-value / high margin

Selisih biaya udara bisa “ketutup” oleh profit yang terselamatkan.

– Risiko stockout

Stok menipis, toko online/offline bakal kosong kalau nunggu kapal. Udara menjaga rak tetap terisi.

– Produk sensitif waktu

Sampel kampanye, suku cadang urgent, dokumen legal, atau batch kosmetik yang harus live minggu ini.

– Tracking laut stagnan 48–72 jam

Kalau status mentok di hub krusial, pertimbangkan split: SKU terlaris via air, sisanya tetap ocean.

– Pelanggan tak toleran keterlambatan

Baca Juga :  CSI LRT Jabodebek Capai 4,63 di Semester I 2025, Bukti Makin Dipercaya Masyarakat

B2B buyer tertentu menuntut service level ketat. Udara = ketepatan yang lebih stabil.

Kapan Masih Aman di Ocean

– Barang low urgency dan volume besar.

– Ada buffer stok di tujuan.

– Jadwal bisa geser tanpa sanksi.

– Target harga prioritas utama.

Opsi Taktis Selain “Full Air”

– Sea Air (Hybrid): Laut ke hub cepat (mis. SG/CMB/DXB), lanjut udara ke tujuan akhir. Waktu lebih singkat dibanding full ocean, biaya lebih ramah dibanding full air.

– Split Shipment: 20–30% SKU kritikal via air, sisanya ocean.

– Upgrade Sementara: Dari economy air → express hanya untuk PO tertentu; atau dari layanan ocean biasa → priority sailing.

Kalkulator Cepat: Worth It Nggak Pindah ke Udara?

– Hitung biaya telat: (margin/hari × hari telat × unit terdampak).

– Bandingkan dengan selisih biaya ocean vs air untuk volume yang sama (atau porsi split).

– Tambahkan faktor peluang yang hilang: campaign, seasonal demand, penalti, reputasi.

Baca Juga :  Harga Emas Melemah, Tekanan Bearish Kian Kuat di Tengah Penguatan Dolar AS

Jika biaya telat > selisih biaya udara → switch/semi switch masuk akal.

Mini-FAQ

Q: Air freight selalu lebih mahal?

A: Per kg iya, tapi total biaya bisa “masuk akal” kalau menghitung kerugian telat, penalti, dan reputasi.

Q: Sea–air ribet?

A: Perlu koordinasi tambahan, tapi sering jadi titik tengah terbaik saat rute laut tak pasti.

Q: Bagaimana dengan bea cukai?

A: Dokumen rapi + HS code jelas. Untuk pengalaman penerima yang simpel, pertimbangkan skema All-In (DDP).

Red Sea bikin jadwal laut kurang stabil. Kalau deadline ketat, nilai tinggi, atau tracking mulai seret, switch/semi switch ke air freight layak dipertimbangkan. Yang penting, ambil keputusan berbasis data bukan sekadar feeling supaya pengiriman luar negeri kamu tetap on track. Ingin simulasi cepat ocean vs air untuk rute kamu? Lihat estimasinya dan minta rekomendasi pengiriman luar negeri yang paling realistis di airwayexpress.id

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita Terkait

Holding Perkebunan Nusantara Dorong Sawit Rakyat Produktif, PT RPN Latih 99 Pekebun Labusel
Heritage Jadi Nilai, Wisata Jadi Daya: KAI Akan Terus Kembangkan Kawasan Stasiun Semarang Tawang Sebagai Pusat Kolaborasi dan Transportasi Berkelanjutan
RISE & RUN JAKARTA 2025: RUN THE CITY – FEEL THE PULSE
Membangun Profesionalitas di Atas Rel, KAI Daop 1 Jakarta Gelar Pembinaan Pekerja Operasional
Perhatikan Ketentuan Baru Membawa Powerbank di Kereta Api
Rutinitas Pagi yang Akan Membuat Finansialmu Lebih Teratur
Harus Menolong Keluarga Tapi Dana Belum Siap? Simak Cara Menyikapinya
LRT Jabodebek Layani 7,7 Juta Pengguna pada Triwulan III 2025, Tumbuh 15,6 Persen Dibandingkan Triwulan II
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 24 Oktober 2025 - 00:01 WIB

Holding Perkebunan Nusantara Dorong Sawit Rakyat Produktif, PT RPN Latih 99 Pekebun Labusel

Kamis, 23 Oktober 2025 - 23:08 WIB

Heritage Jadi Nilai, Wisata Jadi Daya: KAI Akan Terus Kembangkan Kawasan Stasiun Semarang Tawang Sebagai Pusat Kolaborasi dan Transportasi Berkelanjutan

Kamis, 23 Oktober 2025 - 20:53 WIB

RISE & RUN JAKARTA 2025: RUN THE CITY – FEEL THE PULSE

Kamis, 23 Oktober 2025 - 20:44 WIB

Membangun Profesionalitas di Atas Rel, KAI Daop 1 Jakarta Gelar Pembinaan Pekerja Operasional

Kamis, 23 Oktober 2025 - 18:17 WIB

Rutinitas Pagi yang Akan Membuat Finansialmu Lebih Teratur

Berita Terbaru

Uncategorized

Bupati Nagan Raya Tinjau Penemuan Batu Giok Raksasa di Beutong

Kamis, 23 Okt 2025 - 21:38 WIB

Business

RISE & RUN JAKARTA 2025: RUN THE CITY – FEEL THE PULSE

Kamis, 23 Okt 2025 - 20:53 WIB