Purnamanews.com | Sampang – Pemerintah Desa Ragung, Kecamatan Pangarengan, Kabupaten Sampang, memulai pembangunan dua jembatan di wilayah pedalaman yang selama ini terisolir. Proyek ini merupakan wujud nyata dari harapan panjang para petani garam sejak masa kolonial Belanda, untuk mempermudah akses distribusi hasil garam mereka ke pasar.
Penjabat Kepala Desa Ragung, Moh. Imbron, mengatakan bahwa pembangunan kedua jembatan tersebut menjadi prioritas desa demi membuka konektivitas daerah yang selama ini hanya dapat dijangkau melalui transportasi air. “Proses pengangkutan material cukup menantang karena kami harus menggunakan perahu untuk mengangkutnya. Namun, kami berkomitmen menyelesaikan pembangunan ini tepat waktu,” jelasnya.
Jembatan yang dibangun tidak hanya akan memudahkan mobilitas warga, tetapi juga mengurangi biaya operasional petani garam. Sebelumnya, para petani harus mengeluarkan ongkos tinggi untuk mengangkut hasil garam melalui jalur air. Dengan adanya jembatan ini, mereka dapat menggunakan sepeda atau ojek untuk distribusi.
“Kami berharap jembatan ini menjadi solusi untuk memangkas ongkos muat garam, sehingga hasil garam petani lebih kompetitif di pasaran,” tambah Moh. Imbron.
Salah satu petani garam, Sarman, menyampaikan rasa syukur atas dimulainya pembangunan ini. Menurutnya, sejak masa kolonial Belanda, para petani telah mendambakan infrastruktur ini untuk memudahkan distribusi garam. “Dulu, hasil garam kami hanya bisa dijual ke pengepul dekat tambak karena sulitnya akses. Dengan jembatan ini, kami bisa menjangkau pasar lebih luas,” ujarnya.
Proyek pembangunan ini melibatkan kerja sama dengan pemerintah kabupaten dan dukungan dari masyarakat setempat. Selain untuk distribusi garam, jembatan ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi lain di wilayah pedalaman.
“Kami berterima kasih kepada Pemdes Ragung atas inisiatif ini. Semoga pembangunan berjalan lancar dan segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Ahmad, warga setempat.
Pemdes Ragung menargetkan pembangunan jembatan selesai dalam beberapa bulan ke depan. Moh. Imbron menegaskan bahwa keberadaan jembatan ini tidak hanya menjadi solusi transportasi, tetapi juga tonggak sejarah bagi petani garam di Ragung. “Ini adalah upaya kami untuk mewujudkan mimpi yang sudah ada sejak zaman kolonial,” tutupnya. (**Adhon )