Middle Income Trap, Jebakan Pertumbuhan yang Harus Diwaspadai

- Jurnalis

Senin, 13 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Istilah middle income trap kembali ramai dibahas dalam beberapa tahun terakhir, terutama ketika Indonesia naik turun status dari negara berpenghasilan menengah ke atas menjadi menengah ke bawah lagi. Fenomena ini bukan sekadar data ekonomi, tetapi cerminan dari bagaimana sebuah negara, bahkan individu, bisa “mandek” di titik tertentu dalam perjalanan finansialnya.

Seperti yang kita tahu, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Pendapatan per kapita relatif rendah, pertumbuhan industri belum stabil, dan kesenjangan sosial masih terasa mulai dari pendidikan, transportasi, hingga akses teknologi. Kondisi inilah yang menggambarkan middle income trap, atau jebakan pendapatan menengah.

Apa Itu Middle Income Trap?

Secara sederhana, middle income trap adalah situasi ketika suatu negara berhasil keluar dari status miskin, namun kemudian kesulitan naik kelas menjadi negara maju. Ekonom menyebutnya sebagai “jebakan pertumbuhan” saat ekonomi tidak lagi tumbuh cepat, pendapatan stagnan, dan daya saing menurun.

Bayangkan seseorang yang dulunya berpenghasilan rendah, kemudian naik gaji tapi tidak meningkatkan produktivitas atau kompetensi. Lama-lama, penghasilan tetap segitu-segitu saja, sementara biaya hidup naik. Nah, pada skala nasional, itulah yang disebut middle income trap.

Masalahnya tidak berhenti di pendapatan. Perangkap ini juga mencakup rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya inovasi, ketertinggalan teknologi, hingga birokrasi yang lambat dan tidak efisien. Jika hal-hal ini tidak dibenahi, negara akan sulit melompat ke level selanjutnya.

Mengapa Negara Bisa Terjebak?

Beberapa faktor utama penyebab middle income trap antara lain:

1. Kualitas SDM yang belum siap

Negara yang terjebak di level menengah seringkali kekurangan tenaga kerja terampil. Pendidikan belum merata, skill belum menyesuaikan kebutuhan industri, dan literasi digital masih rendah. Akibatnya, produktivitas lambat, sementara pasar tenaga kerja global semakin kompetitif.

2. Sektor manufaktur yang lemah

Manufaktur adalah mesin utama pertumbuhan ekonomi. Tapi jika sektor ini tak berkembang, misalnya karena ketergantungan impor atau kurang inovasi, maka penciptaan lapangan kerja pun terbatas.

Baca Juga :  Faculty of Engineering BINUS University Jalin Kolaborasi Strategis dengan Tsinghua University School of Architecture untuk Perkuat Pendidikan dan Riset Global

3. Birokrasi yang rumit

Proses perizinan panjang, sistem administrasi lambat, dan kurangnya transparansi membuat investasi sulit masuk. Investor global cenderung memilih negara dengan sistem birokrasi yang efisien, karena itu berarti biaya operasional lebih rendah.

Infrastruktur tidak merataTanpa jalan, listrik, internet, dan transportasi yang memadai, roda ekonomi tak bisa berputar cepat.Infrastruktur bukan hanya soal fisik, tapi juga digital. Akses internet yang kuat misalnya, bisa memperluas kesempatan kerja dan membuka peluang usaha baru.

Indonesia dan Tantangan Middle Income Trap

Sejak 1996, Indonesia berada dalam kelompok lower middle income country. Pada 2020, sempat naik menjadi upper middle income country, tetapi hanya bertahan satu tahun.Tahun berikutnya, status itu turun kembali. Artinya, Indonesia masih menghadapi tantangan besar untuk naik kelas menjadi negara maju.

Beberapa langkah penting yang sedang dan perlu terus dilakukan antara lain:

1. Peningkatan kualitas SDM

Pendidikan dan kesehatan menjadi kunci. Pemerintah berupaya memperkuat pelatihan vokasi, memperluas akses pendidikan tinggi, dan memastikan masyarakat punya kemampuan yang relevan dengan industri modern.

2. Jaring pengaman sosial

Pertumbuhan ekonomi tidak boleh meninggalkan masyarakat rentan. Bantuan sosial, pemberdayaan UMKM, hingga program peningkatan literasi keuangan menjadi pondasi penting agar seluruh lapisan bisa tumbuh bersama.

3. Transformasi ekonomi

Pemerintah mendorong diversifikasi ekonomi, dari ketergantungan pada komoditas ke industri bernilai tambah. Termasuk digitalisasi UMKM, pertanian modern, dan penguatan ekonomi kreatif.

4. Penguatan institusi dan tata kelola

Institusi yang efisien dan bebas korupsi menjadi tulang punggung pembangunan. Tanpa sistem birokrasi yang transparan dan cepat, kebijakan ekonomi tak akan efektif.

5. Infrastruktur berkualitas dan tepat sasaran

Pembangunan jalan, transportasi publik, hingga jaringan digital harus merata hingga daerah. Pemerintah juga perlu menggandeng pihak swasta agar pembangunan tidak tergantung sepenuhnya pada APBN.

Keluar dari Middle Income Trap: PR Negara dan Individu

Middle income trap bukan hanya masalah negara tapi juga bisa terjadi pada individu. Coba bayangkan, penghasilan naik, tapi gaya hidup juga naik, tabungan tidak bertambah, investasi tidak berjalan, dan tidak ada peningkatan keterampilan. Itu juga bentuk jebakan pendapatan menengah dalam skala pribadi.

Baca Juga :  Mahasiswa Unilak Kunjungi PKS Lubuk Dalam, Holding Perkebunan Nusantara Tunjukkan Inovasi Limbah Sawit Jadi Energi

Sama seperti negara, kita juga perlu transformasi finansial pribadi. Mulai dari mengatur pengeluaran, meningkatkan skill agar nilai diri naik, hingga menyiapkan jaring pengaman finansial berupa tabungan dan investasi.

Bangun Ketahanan Finansial Lewat Tabungan

Jika negara perlu reformasi ekonomi, maka individu perlu reformasi keuangan pribadi. Salah satu langkah paling sederhana dan efektif adalah memiliki tabungan rutin. Dengan tabungan, kamu punya cadangan dana untuk pendidikan, darurat, hingga modal usaha. Tabungan juga menjadi langkah awal untuk keluar dari “jebakan penghasilan pas-pasan”.

Kini, banyak bank dengan layanan digital dan lembaga keuangan yang menawarkan tabungan online dengan bunga kompetitif, bebas biaya admin, dan mudah diakses. Dengan cara ini, kamu bisa mulai membangun pondasi finansial lebih kuat, sekecil apa pun langkahnya.

Sama seperti negara yang ingin naik kelas menjadi maju, setiap individu juga bisa naik kelas secara finansial, asal tahu cara mengelola uang dengan bijak, dan mulai menabung dari sekarang.

Kamu bisa menabung di neobank dari Bank Neo Commerce. Coba rekomendasi tabungan bank terbaik melalui produk Tabungan NOW dengan bunga kompetitif yang cair harian. Uang simpanan kamu pun bisa tumbuh perlahan. Selain itu, Tabungan NOW juga termasuk tabungan tanpa biaya admin. 

Download aplikasi neobank di PlayStore atau App Store dan coba rekomendasi tabungan bank terbaik lewat produk Tabungan NOW sekarang. 

Cek info lebih lanjut dan terbaru di link Tabungan NOW.

***

PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Berita Terkait

Green Skilling #26: Menghindari Greenwashing, Membangun Strategi ESG dan Carbon Accounting yang Kredibel di Sektor Keuangan
BINUS UNIVERSITY Kukuhkan Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, Perkuat Komitmen BINUS dalam Pengembangan Talenta Unggul dan Berdampak Untuk Indonesia Emas 2045
KAI Daop 1 Jakarta Lakukan Sosialisasi Anti Pelecehan Seksual di Stasiun Jatinegara
KA Singasari: Jelajah Jawa, Gerakkan Ekonomi dari Jakarta hingga Blitar
Pemerintah Dorong Tata Kelola Tambang Berkelanjutan
KAI Daop 8 Surabaya Dukung Gerakan Resik Resik Masjid Lewat Bantuan Peralatan Kebersihan dan Aksi Gotong Royong Bersihkan Masjid
Resmi Listing di Bittime, Crypto Sustainable Token ($CST) dan ANOA Token ($ANOA) Perkuat Industri Aset Kripto Lokal
Karya Visual Communication Design dan Interior Design BINUS @Bandung Tawarkan Karya di Jakarta Doodle Fest 2025
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 07:20 WIB

Green Skilling #26: Menghindari Greenwashing, Membangun Strategi ESG dan Carbon Accounting yang Kredibel di Sektor Keuangan

Minggu, 19 Oktober 2025 - 06:00 WIB

BINUS UNIVERSITY Kukuhkan Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, Perkuat Komitmen BINUS dalam Pengembangan Talenta Unggul dan Berdampak Untuk Indonesia Emas 2045

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 21:49 WIB

KAI Daop 1 Jakarta Lakukan Sosialisasi Anti Pelecehan Seksual di Stasiun Jatinegara

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 18:43 WIB

KA Singasari: Jelajah Jawa, Gerakkan Ekonomi dari Jakarta hingga Blitar

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 18:29 WIB

Pemerintah Dorong Tata Kelola Tambang Berkelanjutan

Berita Terbaru

TNI Dan Polri

Warga Antusias Beli Paket Beras SPHP Di Koja : 400 Ludes Terjual

Minggu, 19 Okt 2025 - 07:39 WIB

TNI Dan Polri

Dukung Program Jaga Jakarta, Polsek Koja Gelar Apel KRYD

Minggu, 19 Okt 2025 - 07:22 WIB