Purnamanews|Tanjungpinang Skandal korupsi pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) jasa pemanduan dan penundaan kapal di pelabuhan wilayah Batam kembali menjerat pelaku baru. Kali ini, giliran LY, mantan Direktur Operasional PT Bias Delta Pratama (2016, 2018, 2019), resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Tim Penyidik Pidsus Kejati Kepulauan Riau.
Kasus ini bukan sekadar pelanggaran administratif. Fakta penyidikan membongkar praktik ilegal yang sudah berlangsung enam tahun, di mana PT Bias Delta Pratama menguasai bisnis pemanduan kapal di perairan Kabil dan Batu Ampar tanpa dasar hukum dan tanpa kerja sama resmi dengan BP Batam. Konsekuensinya, PNBP senilai miliaran rupiah yang seharusnya masuk ke kas negara justru raib tanpa jejak.
Audit BPKP Kepri mencatat kerugian negara mencapai USD 272.497, setara dengan Rp4,54 miliar. Angka fantastis itu hanyalah kerugian dari satu perusahaan, sementara sebelumnya sudah ada deretan terpidana lain: Allan Roy Gemma, Syahrul, Hari Setyobudi, dan Heri Kafianto – sebuah gambaran betapa korupsi di sektor pelabuhan Batam bukan perkara tunggal, melainkan sindikat yang bekerja sistematis.
Penetapan tersangka LY tidak datang tiba-tiba. 29 September 2025, tim penyidik menggeledah kantor PT Bias Delta Pratama di Batu Ampar dan menyita tiga kontainer dokumen, yang diyakini berisi catatan gelap aliran uang dan transaksi ilegal.
Kajati Kepri, J. Devy Sudarso, menegaskan penahanan tersangka dilakukan untuk mencegah upaya kabur, perusakan barang bukti, atau pengulangan tindak pidana. LY kini ditahan di Rutan Kelas I Tanjungpinang selama 20 hari ke depan.
“Perkara ini segera kami limpahkan ke Pengadilan Tipikor Tanjungpinang. Kejati Kepri tidak akan memberi ruang bagi praktik korupsi yang merugikan keuangan negara,” tegas Devy.
Skandal ini membuka lagi borok lama di sektor kelautan Batam: PNBP yang seharusnya menopang pendapatan negara justru diperas oleh segelintir pejabat dan pengusaha rakus.
Publik kini menanti, apakah penetapan tersangka LY akan menjadi pintu masuk untuk membongkar aktor besar lain yang selama ini bersembunyi di balik bisnis pemanduan kapal.