PURNAMA NEWS.COM | SAMPANG — Kalender menunjukkan 29 Agustus 2025. Sebuah tanggal yang di tubuh Persatuan Wartawan Sampang (PWS) bagaikan fajar sebelum peperangan besar. Ruang rapat Musyawarah Kerja (Musker) ke-VI akan menjadi arena di mana taktik dan kesetiaan diuji hingga tetes keringat terakhir.
Di balik pintu tertutup, tiga komandan sudah menyiapkan pasukannya. Abdus Salam (Suara Bangsa), pemimpin yang ingin mempertahankan bentengnya. Hariyanto (Rega Media), veteran medan konflik organisasi yang lihai membaca celah. Dan Abdul Qodir Romadhon (Purnama News), kuda hitam yang datang membawa kejutan, siap memecah pola lama dengan gerak cepat.
Tak ada suara gendang perang. Tidak ada baliho megah yang berkibar. Yang terdengar hanyalah bisikan strategi di sudut-sudut ruangan, tatapan tajam di lorong kantor, dan pertemuan singkat yang dibungkus basa-basi. Semuanya bergerak seperti bayangan di malam hari—pelan, tapi pasti.
Ketua Organizing Committee (OC), Moch Rompi’i, memegang peran layaknya panglima tertinggi yang menjaga aturan main. Ia memastikan ketiga kandidat lolos semua verifikasi. “Dinamika adalah denyut nadi organisasi. Tapi ingat, senjata terkuat kita adalah kebersamaan,” katanya, Senin (11/08/2025), dengan nada yang terdengar seperti pesan rahasia sebelum misi.
Benteng PWS kini dalam masa penjagaan. Setelah masa jabatan Abdus Salam berakhir pada 2 Agustus 2025, Tahiruddin ditunjuk sebagai Plt Ketua—komandan sementara yang bertugas memastikan gerbang organisasi tetap aman sebelum pemimpin baru naik tahta.
Jumlah pendaftar yang melonjak tahun ini ibarat tanda bahwa generasi baru pasukan siap maju ke medan laga. Tapi semua pihak tahu, Musker kali ini takkan selesai hanya dengan satu putaran. Pertempuran diplomasi, serangan taktis, dan manuver mendadak bisa terjadi kapan saja.
Di meja strategi masing-masing, peta dukungan anggota sudah terbentang. Titik-titik kekuatan dijaga ketat, sementara jalur perebutan pengaruh terus bergerak dinamis. Tidak ada yang bisa memastikan siapa yang akan mengibarkan bendera kemenangan di akhir.
“Mari jadikan Musker ini bukan sekadar perebutan kursi, tapi momentum membangun benteng bersama. Kita harus siap menghadapi gelombang perubahan zaman,” tutup Rompi’i, seakan menyalakan obor terakhir sebelum perang sunyi dimulai. (**Adhon )