Jakarta, 10 Mei 2025 – Harga Bitcoin (BTC) akhirnya kembali menembus level psikologis $103.000 untuk pertama kalinya sejak Februari 2025, sebelum terkoreksi tipis akibat aksi ambil untung oleh investor. Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi sentimen positif, termasuk keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan dan pengumuman Presiden AS, Donald Trump mengenai kesepakatan perdagangan dengan Inggris.
Trump menyatakan bahwa pemerintahannya telah menandatangani kesepakatan dagang dengan Inggris, menandai langkah pertama sejak peluncuran program tarif besar-besaran bulan lalu. Dilaporkan bahwa kesepakatan ini mencakup pengurangan tarif impor untuk baja dan mobil, yang turut meredakan kekhawatiran inflasi rantai pasokan.
Sentimen positif turut berdampak pada pasar kripto secara luas. Data dari CoinGlass mencatat lebih dari $492 juta posisi short dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, mencerminkan tekanan beli yang signifikan di tengah optimisme investor.
“Lonjakan harga Bitcoin ini tidak hanya dipicu oleh faktor teknikal, tetapi juga oleh stabilitas kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik yang kondusif,” ujar Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto. “Jika ketegangan perdagangan tetap mereda dan arus masuk ETF terus positif, BTC berpotensi menuju level resistensi berikutnya di $105.000 hingga $108.000 dalam jangka pendek.”
Sejumlah analis melihat bahwa arus masuk bersih ke ETF Bitcoin spot dan penurunan saldo BTC di bursa menunjukkan keyakinan investor jangka panjang. Namun, indikator teknikal seperti Relative Strength Index (RSI) yang telah menembus angka 70 mengindikasikan kemungkinan adanya koreksi dalam waktu dekat.
Indikator Pasar Positif
Meskipun demikian, berbagai indikator pasar tetap menunjukkan sentimen bullish. Indeks Fear & Greed berada di level 70, menandakan dominasi rasa percaya diri pelaku pasar terhadap tren naik. Namun, dominasi Bitcoin atas altcoin masih kuat, tercermin dari Indeks Musim Altcoin yang hanya berada di angka 36 dari 100.
“Skenario bullish Bitcoin kini mengarah pada level resistensi berikutnya di $105.000. Jika kesepakatan dagang yang diisyaratkan oleh Presiden Trump benar-benar terwujud—kemungkinan besar dengan Inggris—para investor optimistis bahwa jalur menuju $120.000 akan terbuka dalam waktu dekat,” ujar Fyqieh.
Sejumlah data ekonomi utama Amerika Serikat juga akan menjadi penentu arah pergerakan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Fyqieh mengatakan bahwa meskipun momentum saat ini cukup kuat, rilis data anggaran AS pada 12 Mei dan Indeks Harga Konsumen (CPI) pada 13 Mei akan menjadi kunci untuk menilai apakah BTC dapat menembus dan bertahan di atas level psikologis tersebut. “Agar reli ini bisa berkelanjutan, narasi kesepakatan perdagangan perlu berkembang menjadi kemajuan yang nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Fyqieh juga menyoroti dampak potensial dari usulan legislasi baru di AS. “Jika Undang-Undang Bitcoin yang diperkenalkan oleh Senator Cynthia Lummis disahkan, dan pemerintah AS benar-benar mengakumulasi satu juta BTC dalam lima tahun ke depan, hal ini akan memperketat pasokan Bitcoin di pasar dan bisa mempercepat kenaikan harga,” jelas nya.
Dalam jangka pendek, skenario pergerakan harga Bitcoin akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari ketegangan geopolitik AS-China dan arah kebijakan The Fed, hingga dukungan regulasi pro-kripto serta arus masuk dana institusional. Para investor saat ini memantau dengan ketat perkembangan perdagangan global dan pernyataan bank sentral yang dapat menjadi penentu utama arah pasar dalam beberapa pekan mendatang.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES