Purnamanews.com, Aceh Barat – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Dapil Aceh I Rafly Kande mengatakan, Pemerintah Aceh saat ini wajib merekayasa industri hilir Refinery CPO, untuk menuntaskan permasalahan mahalnya harga kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Penegasan Rafly didasari fakta melimpahnya jumlah produksi Crude Palm Oil (CPO) yang mencapai jutaan ton per harinya, namun warga Aceh sering sekali dikondisikan dengan kelangkaan minyak goreng, atau harga yang mahal.
Rafly Kande Anggota DPR RI Fraksi PKS yang membidangi Komisi BUMN ini, melihat bahwa secara data produksi dan fakta di lapangan, produksi CPO Aceh sudah memenuhi bahkan melebihi kapasitas produksi sebagai syarat utama pertimbangan mata rantai suplai ( supply chain ) bahan baku bagi industri Refinery CPO, sehari-hari.
“Seharusnya dengan kondisi potensi yang luar biasa ini, Pemerintah (Aceh) wajib mengambil sikap politik untuk bisa membangun pabrik produksi minyak goreng atau industri Refinery CPO, agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.Pesan politik saya kepada pemerintah pusat dan pemerintah Aceh, serta dewan direksi dan komisaris BUMN Holding Perkebunan Nusantara, untuk melakukan percepatan pembangunan ekonomi strategis nasional, dengan menambah zona industri baru dengan membangun pabrik Refinery CPO atau pengolahan minyak goreng.” Ujar Rafly menyampaikan pesan politiknya.
“Dari informasi dan data yang saya peroleh, dari sektor perkebunan sawit rakyat sudah mampu mencukupi pasokan bahan baku atau material tandan buah segar (TBS) yang turunan akhirnya menghasilkan minyak goreng,” ungkap Rafly merincikan.
Rafly optimis dengan gerakan pemikiran visioner ini, industri hilir Refinery CPO bisa menjadi mesin ekonomi baru di Aceh.
“Terutama untuk mensuplai pasokan minyak goreng bagi masyarakat Aceh dan masyarakat skala nasional.Juga, dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi putra-putri Aceh, di semua level manajemen industri refineri CPO.” Harap Rafly.
“Saya yakin, dengan diproduksinya industri hilir pengolahan CPO di Aceh, Insya Allah menjawab kelangkaan dan menjadi solusi mahalnya harga sembako jenis minyak goreng. Juga menciptakan lapangan kerja baru bagi puluhan ribu pemuda pemudi Aceh, dan bisa menjadi mesin ekonomi baru Aceh di tahun-tahun mendatang,“ Jelas Rafly dengan nada tegas, saat diwawancarai dalam kunjungan kerjanya ke pantai Barat Selatan Aceh, di bilangan Manek Roe, kota Meulaboh, Sabtu (27/1/2024) siang.
Dikatakannya lagi, Aceh dengan adanya potensi perusahaan dan pabrik CPO sawit baik kepemilikannya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta, harus bisa menghasilkan solusi dalam menjawab permasalahan saat ini.
“Pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada bisa menjadi acuan untuk bisa memproduksi barang lain yang bisa didistribusikan kepada masyarakat. Sebab itu, pemerintah harus didorong untuk membuat kebijakan kawasan industri Refinery CPO baik di Barat Selatan Aceh maupun di Aceh bagian lain. Tinggal lagi bagaimana pemerintah berkomitmen bangun Refinery.”tuturnya.
“Sudah berulang kali kita sampaikan baik melalui media pemberitaan nasional dan Aceh, dan dalam forum Rapat Dengar Pendapat ( RDP ) antara Komisi VI DPR dengan Pemerintah, bahwa kebijakan itu (industri hilir Refinery CPO) ada pada pemerintah Aceh. Jika industri ini dibangun, banyak produk yang bisa kita produksi, contohnya, mentega, sampo maupun sabun,” sebutnya.
Ia pun meminta, kepada masyarakat Aceh, untuk bisa sependapat dan sepemahaman dengan dirinya, untuk bersama-sama mendesak pemerintah segera menyusun grand desain dan percepatan pembangunan industri Refinery CPO di tahun 2024 ini.