Revisi Kedua UU ITE Ancam Kemerdekaan Pers

- Jurnalis

Minggu, 10 Desember 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

www.purnamanews.com|Komentar Dewan Pers, Kemerdekaan Pers, Undang-undang ITE Revisi kedua atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang disetujui bersama DPR RI dan Pemerintah untuk disahkan menjadi UU pada 6 Desember 2023 lalu masih berpotensi mengancam kemerdekaan pers dan kemerdekaan berekspresi masyarakat.

Revisi kedua atas UU tersebut juga tidak memberikan perubahan signifikan terhadap pasal-pasal yang selama ini menjadi ancaman kemerdekaan pers.

Pasal-pasal yang dimaksud antara lain adalah Pasal 27 A mengenai distribusi atau transmisi informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan tuduhan/fitnah dan/atau pencemaran nama baik.

Kemudian, ancaman lainnya datang dari Pasal 28 ayat (1) dan (2) yang mengancam pelaku penyebaran pemberitahuan bohong dan SARA untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan.

Setiap orang yang melanggar pasal-pasal itu bisa dihukum penjara enam tahun dan atau denda Rp1 miliar.

Pasal-pasal yang mengatur soal penyebaran kebencian dan penghinaan tersebut mengingatkan pada haatzaai artikelen dalam KUHP.

Pasal-pasal karet produk kolonial tersebut bahkan dikuatkan dengan KUHP baru sebagai produk hukum nasional, yang sebenarnya sudah tidak boleh diberlakukan berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi.

Pasal 27A, Pasal 27B dan Pasal 28 ayat (1) pada revisi kedua atas UU ITE berpotensi mengebiri pers karena karya jurnalistik yang didistribusikan menggunakan sarana teknologi dan informasi elektronik (di internet) terkait dengan kasus-kasus korupsi, manipulasi, dan sengketa, dapat dinilai oleh pihak tertentu sebagai penyebaran pencemaran atau kebencian.

Baca Juga :  Rencana Homologasi Perusahaan Bermasalah, Kreditor Pertanyakan Transparansi

Dengan ancaman hukuman penjara lebih dari enam tahun, aparat kepolisian dapat menahan setiap orang selama 120 hari, termasuk wartawan, atas dasar tuduhan melakukan penyebaran berita bohong seperti diatur dalam revisi kedua atas UU ITE ini.

Pasal-pasal itu secara tidak langsung dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk membungkam pers, yang pada akhirnya akan menciderai upaya mewujudkan negara demokratis.

Dewan Pers menilai pasal-pasal UU ITE tidak dapat digunakan terhadap produk pers sebagai karya jurnalistik yang sudah tegas dan jelas diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Sedangkan implementasi UU ITE sudah diatur dalam Pedoman Implementasi Undang-Undang ITE Nomor 229 Tahun 2021 berdasarkan Keputusan Bersama Menkominfo, Jaksa Agung dan Kapolri.

Pedoman tersebut menegaskan bahwa “untuk pemberitaan di internet yang dilakukan institusi pers, yang merupakan kerja jurnalistik yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, diberlakukan mekanisme sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers sebagai lex spesialis bukan UU ITE.

Baca Juga :  Karupbasan Manado Hadiri Refleksi Akhir Tahun Kanwil Kemenkumham Sulut

Untuk kasus terkait pers perlu melibatkan Dewan Pers”. Namun demikian, Pedoman No. 229/2021 akan menemui tantangan berat karena norma hukum yang memayunginya justru membuka celah penafsiran yang membelenggu kemerdekaan pers.

Sementara itu, dalam proses legislasi revisi kedua UU ITE, Dewan Pers menilai tidak ada transparansi dan keterbukaan untuk melibatkan partisipasi publik secara luas, terutama untuk mendengarkan berbagai masukan dari stakeholder yang berpotensi terdampak.

Hal ini menunjukkan ketidakseriusan lembaga eksekutif dan legislatif untuk menjalankan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang telah diubah menjadi UU Nomor 13 Tahun 2022.

Bahkan naskah revisi kedua atas UU ITE yang baru disahkan oleh DPR dan Pemerintah juga sulit diperoleh.

Oleh karena itu, Dewan Pers mengajak masyarakat dan seluruh komunitas pers untuk bergerak mengkritisi revisi kedua atas UU ITE tersebut.

Dewan Pers juga menyerukan segenap komunitas pers pada khususnya dan berbagai pihak yang potensial terdampak pada umumnya untuk mengambil langkah konkret bersama-sama mencegah terjadinya kriminalisasi pers yang disebabkan oleh UU ITE atau UU lainnya yang masih mengancam kemerdekaan pers.

 

Berita Terkait

Tegas Berantas Narkotika, Bea Cukai Batam berhasil menggagalkan dua upaya penyelundupan Narkotika Jenis Sabu oleh Dua WNI Calon Penumpang Pesawat
Kajati Kepri Hentikan Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif Tersangka Andreas Marbun, Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Batam.
Penanganan Kasus Rumah Pompa Air di Kejari Maros Dinilai ‘Molor’, Malik Desak KPK Ambil Alih
Polres Brebes Tanam Jagung di Dua Lokasi, Dukung Ketahanan Pangan Program 1 Juta Hektar.
Pj Wali Kota Tanjungpinang, Andri Rizal, Bersama Tim BPBD, Langsung Terjun ke Lapangan untuk Meninjau Lokasi-Lokasi Terdampak Banjir
Wujud Nyata Ketahanan Pangan, Polres Toraja Utara Gelar Penanaman Jagung Serentak 1 Juta Hektar
Kasat Lantas Polres Maros Menggelar Kegiatan FGD, Ini Yang di Bahas
Diduga Ada Kaitannya Dengan Pemberitaan Perusahaan Roti Maros Lempangan, Malik Bersama TIM di Datangi Orang Bergaya Preman
Berita ini 65 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 22 Januari 2025 - 20:58 WIB

Tegas Berantas Narkotika, Bea Cukai Batam berhasil menggagalkan dua upaya penyelundupan Narkotika Jenis Sabu oleh Dua WNI Calon Penumpang Pesawat

Rabu, 22 Januari 2025 - 10:12 WIB

Kajati Kepri Hentikan Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif Tersangka Andreas Marbun, Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Batam.

Rabu, 22 Januari 2025 - 08:14 WIB

Penanganan Kasus Rumah Pompa Air di Kejari Maros Dinilai ‘Molor’, Malik Desak KPK Ambil Alih

Rabu, 22 Januari 2025 - 07:22 WIB

Polres Brebes Tanam Jagung di Dua Lokasi, Dukung Ketahanan Pangan Program 1 Juta Hektar.

Selasa, 21 Januari 2025 - 16:43 WIB

Pj Wali Kota Tanjungpinang, Andri Rizal, Bersama Tim BPBD, Langsung Terjun ke Lapangan untuk Meninjau Lokasi-Lokasi Terdampak Banjir

Berita Terbaru